Eddy Betty Mencipta Dengan Cinta

 
 
 
 
 
Aksesori ...
Batik Stretch ...
Styling  ...
Eddy Betty ...
Sebastian ...
Nonton Show ...
Opera Cina ...
Arantxa Adi
"Kutur" Hitam
Teriakan Sally
 
HOME
 

Kalau Anda ingin membuat karya yang hebat, ciptakanlah dengan rasa cinta yang dalam. Ini bukan hanya teori di atas kertas, tapi benar kenyataan. Setidaknya perancang berbakat Eddy Betty telah membuktikannya ketika ia menggelar koleksi terbaru pada tanggal 30 September 2003 di Hotel Mulia Jakarta

Dengan judul “Atas Nama Cinta” koleksinya memancarkan sebuah gagasan  yang terlihat dikerjakan dengan kreativitas yang mengalir full speed, seperti tanpa batas hingga tercipta gaun-gaun kaya detil, penuh variasi dan pola yang canggih. Begitu kreatifnya sehingga saat menonton kita selalu menunggu tampilnya baju berikut, bukannya berharap-harap agar  peragaan cepat berakhir.

“Kelihatan sekali kreasinya tanpa batas. Benar-benar dia membuatnya sepenuh hati tanpa perduli orang akan membeli atau memakainya, tapi bagus sekali,” kata mantan model Okky Asokawati.

Cinta menjadi tema besar acara malam itu. Selain merayakan hari jadi majalah Bazaar dan Cosmopolitan, acara malam itu sekaligus  mengalang dana bagi para penderita narkoba yang hasilnya disalurkan pada Yayasan Asa Bangsa.  

Gairah cinta Eddy itu diungkap dalam 88 gaun yang sangat terasa bernapaskan Latin yang enerjik dengan dominasi korset sexy dan rok penuh frilly seperti penari flamenco.

Gaun lainnya berbentuk rok pendek di bagian depan dan panjang di bagian belakang seperti gaya penari tango dalam film kabaret Moulin Rouge. Kadang berkesan bergaya Gypsy Queen dengan rok ruffles dan bahu ditutup blus model cape,  yang merupakan siluet baru yang menarik.  

Semangat Latin semakin terasa dengan hentakan house music dan langkah model yang genit setiap berkelok di atas catwalk berbentuk zig-zag. Atmosfer peragaan menjadi dinamis, sexy dan glamour.

Jika pada banyak peragaan kita adakalanya terseling rasa bosan oleh koleksi yang berada di luar jalur konsep, mungkin pada peragaan ini kita bisa terus menyimak dengan exciting sejak model bertubuh indah Izabel Yahya muncul dengan  korset merah menyala di awal peragaan sampai aktris Sophia Latjuba yang menutup peragaan dengan gaun pengantin putih. Setiap potong busana benar-benar tampil dengan indah dan  memukau.

“Saya kira saat ini cinta dibutuhkan orang di tengah dunia yang penuh perang dan kekerasan. Dan kalau orang sedang jatuh cinta, ide yang muncul sering tidak terduga,” kata Eddy Betty.Malam itu Eddy mengekspresikan cintanya dalam empat babak.

Babak pertama ia tampilkan cintanya pada musik rock yang glamour. Diterjemahkan dalam gaun-gaun  warna merah marun. Sepotong rancangannya terdiri dari korset merah dan rok merah yang kaya campuran unsur frilly dan pleats. Pada gaun lainnya, bagian torsonya ia lilitkan pita hingga memberi efek liar, namun tetap cantik dengan rok chiffon berlapis-lapis.

Rancangan kebaya sebagai cintanya pada tanah air muncul di babak kedua. Dikenal sebagai spesialis kebaya, Eddy kembali meluncurkan kebaya panjang renda dengan korset yang dirancang built in pada kebaya, yang merupakan tanda tangan khasnya.

Kini kebayanya lebih kaya detil, seperti bentuk pleats vertikal yang ia susun pada bagian dada sampai bawah kebaya merahnya. Ada lagi aksen frilly yang mengitari pundak dengan cantik di atas kebaya rendanya yang berwarna kulit.

Babak ketiga ia dedikasikan cinta pada perdamaian dengan gaun-gaun dramatis warna hitam. Korset masih mendominasi seri rancangan ini, tapi unsur yang menyertainya sangat beragam. Mulai rok ballgown penuh frilly  sampai rok dengan draperi yang diletakkan jauh di bawah pinggul hingga memperlihatkan pinggul pemakainya.

Sepotong roknya tampak menarik perhatian dengan efek seperti fringe.

“Rok itu terbuat dari pita satin yang saya gunting dan sambung satu per satu. Untuk membuat rok itu saya butuhkan pita sepanjang 2500 meter !” ungkap Eddy.

Peragaan diakhiri dengan cintanya pada kemewahan. Dari dominasi warna hitam di babak sebelumnya, koleksi bermetamorfosa menjadi warna emas yang gemerlap dan berkilau.

Ini peragaan kedua Eddy setelah peragaan perdana ia tampilkan tiga tahun lalu, sekembali dari belajar mode di Paris pada  Chambre Syndical de la Couture, sekolah mode bergengsi yang banyak melahirkan couturier, perancang high fashion.

Sejak awal karirnya ia sudah memperkenalkan korset pada para pelanggannya. Kenapa korset menjadi trade mark selama ini ?

“Karena saya ingin merespons keinginan wanita modern yang menjadi pelanggan saya. Mereka datang ingin dibuatkan baju yang bisa membuat payudara mereka kelihatan besar dan pinggang kecil. Bahkan yang tidak punya payudara pun mau kelihatan besar. Mereka akan merasa bangga,” ungkapnya.

Dalam peragaan kali ini ia perkenalkan korset baru berbentuk transparan yang lebih ringan, nyaman dan bisa dilipat. Selama ini korset kainnya masih ia rasakan teralu berat untuk dipakai.

Suatu kali kebetulan ia diperkenalkan seorang teman pada sebuah produsen BH di Jakarta. Ia dapatkan bahan transparan elastis yang kemudian ia olah dan tampilkan malam itu. 

“Hanya saja bahan elastis itu kekuatannya tidak seperti korset kain. Juga tidak memperkecil pinggang karena mengikuti bentuk tubuh. Tapi akhirnya saya temukan jalan keluar supaya pinggang tetap ramping yaitu melilitkan pita di pinggang sebagai tumpuan,  yang disebut gros grain,” katanya.

Jawabannya itu memang terdengar sangat teknis. Tapi dari jawaban itu kelihatan Eddy sangat mengetahui dan menguasai pembuatan korset dengan benar ! Mungkin sudah tepat rasanya kalau saat ini kita menobatkan perancang spesialis korset ini dengan sebutan “King of Corset” dalam mode Indonesia.

Lihat saja penampilan Anggun yang membawakan enam lagu di akhir acara dan mengaku kurang beruntung karena tidak memiliki tubuh seperti model itu. Eddy bisa menyulap penampilan penyanyi bersuara tinggi itu menjadi ramping dan cantik dengan korset hitam transparan dan rok chiffon dan feather hitam. (MB)