|
|
|||||||||||||||||||||
|
27 Oktober 2002 | |||||||||||||||||||||
Aksesori Ekstravagansa Rancangan Rinaldy |
||||||||||||||||||||||
|
Dunia mode di tanah air punya banyak perancang mode ternama, tapi ironisnya kita hanya sedikit memiliki perancang aksesori. Padahal kata para pakar, penampilan seseorang akan menjadi sempurna bila ditambahkan pelengkap busana yang serasi. Untungnya, di tengah minimnya jumlah perancang aksesori sekarang ini, kita masih punya Rinaldy A Yunardi. Akhir pekan lalu, perancang aksesori berbakat ini, menggelar sebuah great collection di Plaza Bapindo, Jakarta. Peragaan tunggal yang ia beri nama “Sedimentation” itu memperlihatkan kematangannya dalam segi kreativitas dan merancang beragam akseori. Ini berbeda dari peragaan tunggalnya dua tahun lalu yang sebatas didominasi kalung chocker kristal seperti banyak di pasaran. Kali ini Rinaldy mengabung berbagai jenis batu dan ikatan. Juga membuktikan bahwa ia bukan hanya bisa membuat perhiasan, tapi juga tas dan topi bulu. Tidak itu saja, karyanya yang menjadi gong peragaan merupakan sebuah “masterpiece”, berupa body jewelery yang menutup dada dan melilit tubuh model, ditambah topi bulu dalam bentuk memancar, berkesan seperti paduan Josephine Baker, penari kabaret tahun 1920an, dan gaya bintang Hollywood era 1950s. “Misi saya ingin menampilkan koleksi baru, terutama dalam pemakaian batu-batu etnik yang saya campur dan tata modern, baik dalam kombinasi warna maupun cara pengikatannya. Selain itu saya juga ingin menunjukkan kreativitas yang tidak terbatas dalam merancang tas, topi sampai body jewelry. Terserah bisa dipakai atau tidak. Saya mau kasih lihat, ini juga karya seni,” ungkapnya sehari seusai peragaan, masih dalam suasana hati gembira atas berbagai pujian yang diterimanya. Hampir setiap piece karyanya tampil menarik dari awal sampai final. Koreografi ditata dengan presentasi yang memuncak. Membuat peragaannya menjadi show terbaik di antara beberapa peragaan dalam Jakarta Fashion Week yang berlangsung sejak minggu pertama Oktober lalu. Peragaan dibuka dengan penampilan para model dalam balutan gaun putih membawa beragam jenis tas berhias batuan atau bulu burung. Kebanyakan berupa tas jinjing berbentuk persegi. “Saya sengaja tampilkan tas dengan teknik baru berbentuk hard case. Di sini memang sudah ada, tapi bukan buatan perancang Indonesia,” katanya. Peragaan dilanjutkan dengan penampilan rancangan kalung dan ikat pinggang. Dalam babak ini Rinaldy memperlihatkan kreativitasnya mengabung berbagai jenis batu alam berbeda karakter dalam satu rangkaian menarik. Amber, moonstone dan pirus, misalnya, dipadu dengan batu berukir dari Cina dan ditambah lagi dengan American diamond hingga berkesan glamour. Setelah itu pemunculan lima topi dari bulu burung membuat koleksi semakin menarik. Tepuk tangan penonton terdengar setiap muncul karya yang menawan. Misalnya ketika muncul tas mungil terdiri dari tiga susun dari atas ke bawah dengan ukuran berbeda. Begitu juga ketika seorang model mengenakan kalung aneka batuan yang menutup pundak dan bagian bawahnya berjumbai-jumbai seperti baju Afrika. Ikat pinggang kristal berbentuk lilitan bunga dan daun langsung menarik perhatian seorang redaktur mode. “Ikat pinggang itu akan saya pakai dengan kain dan singlet sederhana. Gaya kan ?” katanya. ”Kalau saya paling suka topi bulu hitam,” kata perancang Susan Budihardjo sambil menunjuk pada topi dari bulu burung elang berbentuk dua sayap mengembang dan sebagian menutup wajah pemakainya. Peragaan makin seru ketika tampil gaun pengantin dan gaun malam karya perancang ternama, seperti Sebastian Gunawan, Didi Budihardjo, Susan Budihardjo, Eddy Betty dan Adrian Gan. Semua gaun glamour itu terlihat gemerlap dengan aksesori rancangan Rinaldy. Kerjasamanya dengan perancang mode memperlihatkan kreativitas yang total. Lihat misalnya kalung kristal dengan tangkai-tangkai yang menjulur ke depan wajah model dan setiap ujung tangkainya bergantung kupu-kupu untuk gaun warna-warni rancangan Didi Budihardjo. Seolah-olah kepala sang model di kelilingi kupu-kupu saat berjalan. Begitu romantisnya … Rinadly mengawali karirnya tahun 1997. Namanya mulai dikenal ketika ia merancangkan aksesori untuk peragaan koleksi beberapa perancang top di tahun selanjutnya. Sejak itu ia namanya mulai diperhitungkan. Gaya rancangannya yang glamour awalnya diminati para calon pengantin untuk busana pengantin mereka dan wanita yang butuh aksesori khusus untuk baju malamnya. Dari situ dunia panggung hiburan kita pun mulai melirik karyanya. Rancangan head dress Rinaldy, misalnya, tampil dalam video klip Titi DJ saat menyanyikan lagu “Sang Dewi”. Dan “sang Dewi” pun ikut tampil menyanyikan dua lagu dalam peragaan perancang aksesorinya malam itu. Kini aksesori memang telah mengambil banyak peran dalam kehidupan wanita di kota besar, baik untuk menyempurnakan penampilan, mempercantik diri sampai bagian dari sebuah efek panggung yang gemerlap. Padahal dulunya aksesori dipakai oleh manusia primitif untuk menunjukkan status sosialnya. Hiasan kepala dari bulu burung Cendrawasih yang dipakai seseorang dari sebuah suku di Papua, misalnya, menandai bahwa ia adalah seorang kepala suku. Prospek aksesori pun semakin baik belakangan ini, meski jumlah perancang aksesori masih hitungan jari sebelah tangan. “Aksesori sekarang semakin diterima. Tapi saya membuat aksesori yang image-nya bukan sekedar mendukung, tapi justru karya saya maunya menjadi fokus penampilan. Jadi orang cukup pakai gaun sederhana dan yang menonjol aksesorinya,” katanya. Sayangnya untuk sementara ini koleksi barunya itu tidak diperbanyak. Kendalanya ada pada jenis batu-batu alamnya yang sebagian ia beli di luar negeri dengan harga yang tidak murah. Aksesori yang terbuat dari bulu burung parkit pun terpaksa hanya ia rancang satu buah saja. “Saya dapat bulu itu dari burung parkit yang sudah mati punya teman saya. Jadi saya tidak tau kapan bisa mendapatkannya lagi. Memang ada yang sintetis, tapi adanya di luar dan harganya mahal,” ungkapnya. (MB) |