September 2004
 

Story Book Of Monogram

 
Pada jaman sekitar 150 tahun lalu,  tersebutlah sebuah tas dengan gambar bunga, bintang dan inisial  LV
 
 
 
 
Jas, Riwayatmu ...
Story Book Of ...
 
HOME
 
 

Pertengahan abad ke-19, Eropa memasuki “era bepergian” dengan munculnya kereta listrik, mobil dan rute kapal laut yang menyeberang sampai Amerika.

Louis Vuitton, yang  mulanya bekerja pada sebuah perusahan pengepakan barang di Paris, mendapat pemikiran cemerlang : Tidak seorang pun bepergian tanpa membawa koper.

Tahun 1854, dia mendirikan perusahaan pembuat koper yang kemudian menjadi sebuah dinasti tas dan koper paling laris di dunia.

 
       
  Karya besar Louis Vuitton tercipta ketika 1858 dia memperkenalkan koper datar dengan tepian besi dan kayu. Koper itu tidak dilapisi kulit, melainkan kanvas Trianon abu-abu yang kuat dan kedap air. Koper orisinal pertama itu langsung terkenal dan ditiru.  
 

Untuk menghindari peniruan, George Vuitton, putra Louis Vuitton, membayangkan sebuah imej yang tidak bisa terpisah dari merek Louis Vuitton. 

 Tahun 1896 dia menggambar bulatan berisi bunga berkelopak empat warna negatif. Lalu,  bintang bersudut empat warna positif dan negatif. Untuk menghormati sang ayah, George menambahkan inisial LV di antara bulatan bunga dan bintang tadi.  Lahirlah sebuah komposisi yang kemudian disebut Monogram dan menjadi ikon Louis Vuitton.

 Monogram itu lalu mengilhami berbagai merek ternama di dunia dengan  memakai logo sebagai motif dekoratif dan penanda identitas pada produk mereka.

 
 

Sebagai alternatif koper besar dan kaku, Louis Vuitton  menciptakan tas lembut yang mudah dibawa-bawa.  Tahun 1924 lahir “Keepall”, yang menjadi pionir traveling bag serba guna yang kita kenal sekarang.

 Meski sudah dilapis Pergamoid yang kedap air, bentuk tas kanvas masih  kaku. Baru tahun 1959, Claude-Louis, generasi keempat Louis Vuitton,  memasukkan teknologi pelapis lembut untuk katun dan linen yang disebut : “quick-change artistry of plastic”. Monogram kanvas pun menjadi luwes.

 

 
 

Pada awalnya Monogram Louis Vuitton digemari sebatas raja, ningrat, elit dan artis karena status sosial yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan.  Raja Spanyol Alfons 12, Fuad 1 dari Mesir, Tsar Nikolas 2 dari Rusia, keluarga maharaja dari India, Audrey Hepburn, Sophia Loren sampai Salvador Dali adalah beberapa nama sohor pemakai setia Monogram. Termasuk artis Sarah Jessica Parker dan Madonna yang menyukai tas Ellipse.

Kini Monogram dipakai segala kalangan. Bahkan banyak orang cukup puas membeli tiruannya.

 
 

Monogram terus mempersegar diri. Tahun 1996, pada ulang tahun ke 100, Louis Vuitton mengajak 7 perancang top dunia untuk menciptakan desain baru dari bahan historis dan imajinatif itu.  Di antaranya Vivienne Westwood yang menciptakan tas pinggang  dan Sybilla yang memperkenalkan tas punggung satu paket dengan payungnya.

 
 

Ketika  Marc Jacobs bergabung sebagai direktur artistik Louis Vuitton tahun 1997, Monogram berubah muda dan baru. Dimulai dari memoles Monogram klasik paduan ekru dan kopi menjadi Monogram vernis dalam warna pastel  berkilau.

Marc Jacobs juga berkolaborasi dengan seniman ternama dunia.

 

Di tangan seniman Amerika Stephen Sprouse,  Monogram klasik tampil revolusioner dengan coretan graffiti. Wajah Monogram berubah lagi ketika Takashi Murakami menyuntikkan enerji modernnya dengan menciptakan Eye Love Monogram yang genit dan segar penuh warna. Termasuk Monogram klasik dengan gambar tokoh animasi ciptaaan seniman Jepang itu : Panda, Flower Hat Man dan Onion Head.

 

Dari era 1920an sampai  jaman digital ini, kualitas dan gengsi tidak pernah berubah, hanya keinginan dan kebutuhan pelanggan yang berganti.

Seorang wanita eksentrik Inggris pernah memesan koper untuk membungkus kereta kuda yang ia bawa bepergian dari London ke Iran. Aktris Sharone Stone minta dibuatkan koper Monogram khusus tempat penyimpan tas dan perhiasan yang kemudian menjadi seri ‘Vanity Case’ Louis Vuiton.

Di bengkel kerjanya di Asnieres, Patrick-Louis Vuitton, generasi ke lima,  bertanggung jawab menjalankan departemen pesanan khusus. Setiap tahun dibuat sekitar 200 produk Monogram pesanan, mulai portable library, tempat gitar, kotak obat, kotak whiskey sampai tempat botol bayi. Beberapa di antaranya dijadikan arsip.

Louis Vuitton terus bersikap inovatif. Ketika imajinasi terus berdenyut, plagiator akan tertinggal di belakang. Itulah filosofinya. Kisah Monogram ini telah menjadi buktinya.

Sumber : 150 Ans Louis Vuitton. Foto : Dok. Bagasi Luks.  (MB)