|
|
||||||||||||||||||||
|
April 2004 | ||||||||||||||||||||
Bahasa Tubuh Mempelai |
|||||||||||||||||||||
|
Banyak perempuan “naksir” pada gaun pengantin Sebastian Gunawan karena mewah, megah dan detilnya “lucu”.
Kenapa merancang gaun pengantin ? Karena ada permintaan dari customer. Kemewahan yang mereka lihat pada gaun malam saya ingin juga mereka lihat pada gaun pengantin. Ternyata bukan cuma melihat, mereka malah mencoba dan memakainya. Mulanya satu, lalu dua, kemudian jadi banyak lewat direct promotion dari clientele. Itu mulai tahun 1992, sekembalinya saya ke Jakarta dari belajar mode di Itali. Ceritakan tentang gaun pengantin Anda ? Saya coba memberi kesan lebih modern pada gaun pengantin. Siluetnya klasik, detilnya modern, tidak meninggalkan rasa feminin dan tetap elegan. Apa yang membuat gaun pengantin Sebastian Gunawan beda ? Keberanian memberikan gambaran menyeluruh pada clientele. Bisa menjelaskannya secara detil dan meyakinkan mereka dengan personal approach. Caranya, memberikan pilihan dengan memintanya untuk fitting beberapa gaun dengan siluet yang berbeda. Juga gaun dengan siluet yang sebelumnya sudah ada di kepala calon pengantin tadi. Jadi saya kasih lihat perbandingannya pada mereka. Dari situ saya tentukan siluet mana yang bisa menonjolkan kelebihannya. Bagaimana bisa begitu bagus ? Imajinasi. Bagaimana mengolah dengan benar apa yang ada di bayangan calon pengantin dengan kondisi postur yang dimilikinya. Pakaian, kan, bicara bahasa tubuh, bentuk badan, pemakainya. Dari situ saya olah gaun dengan teknik yang sangat bervariasi : garis desain, kombinasi bahan, gabungan detil dan bahan, mana yang harus dikurangi, dan sebagainya. Seperti apa selera pengantin Indonesia ? Sekarang banyak sekali pengantin muda datang ke saya. Mereka rata-rata pernah belajar di luar. Menurut mereka, gaun pengantin saya punya standar internasional, tapi tetap dengan gaya khas saya dan dapat diterima dengan keadaan lokal. Biasanya mereka datang setelah melihat gaun yang saya rancang untuk temannya. Mereka suka gaun itu karena tidak terlalu polos seperti gaun pengantin luar, tapi ada detil yang ‘lucu’. Meskipun banyak detil, tapi tidak berlebihan. Potongan seperti apa yang mereka suka ? Tergantung. Saya selalu melihat dulu aspek sekelilingnya. Pestanya itu sitting diner atau standing. Berapa jumlah tamunya. Nusansa pestanya seperti apa. Saya lihat bahasa tubuhnya. Flairenya di bagian tubuh yang mana. Badannya tinggi atau tidak. Saya lihat juga pasangannya. Lebih muda atau lebih tua dari mempelai wanita. Itu sangat saya perhatikan. Biasanya kalau sudah didandani wanita itu kelihatan lebih tua. Saya tidak mau membuat mempelai wanita kelihatan lebih tua dari pasangannya. Tamu datang ke perancang karena mereka mendapatkan sesuatu yang lebih spesial. Dari situ baru ide desain gaun pengantin itu keluar. Apa kemudian menjadi glamor atau eksperimen, itu bisa saja. Apa sekarang ini mereka sudah menerima desain-desain yang tidak konvensional ? Saya bersyukur karena ada yang mau bereksperimen, mulai dari gaun transparan, bawahnya tidak lebar, rambutnya tidak memakai crown, tapi cukup flat head saja. Juga ada yang pesan model dome sangat besar. Malah terakhir ada yang mau memakai bolero kristal. Mereka ingin sesuatu yang kelihatan beda, tapi tetap klasik. Tiga hal apa yang harus diperhatikan calon pengantin ? Pertama, harus kenal desainer yang dipilih. Kedua, harus bisa mempercayakan sepenuhnya pada desainer itu. Ketiga, harus sudah bisa bekerja sebagai sebuah tim. Jangan menyudutkan atau banyak mengatur. Misalnya, pada awalnya sudah setuju, tapi pada saat fitting minta dirubah. Hasilnya tidak maksimal. Bagaimana cara mempelai memilih gaun pengantinnya ? Harus tahu kebiasaan berpenampilan. Khususnya ingin menjadi apa : glamor atau yang lain. Tanggung jawab tidak bisa dibebankan semua pada perancang. Perancang itu rekan untuk berkonsultasi dan memberi ide. Karena itu anggaplah sebagai teman. Jangan menjaga jarak atau merasa takut. Dengan begitu calon pengantin bisa membuka dirinya dan perancang dengan leluasa bisa mengenal karakternya. Ini berguna untuk mendapatkan rancangan yang tepat. Apa yang Anda buat untuk si petite ? Kalau penyanyi kan dilihat vokalnya. Kalau calon pengantin saya perbaiki bahasa tubuhnya. Kalau dia petite, saya akali lewat sepatu. Misalnya, tingginya hanya 150 cm, sementara pasangannya 175 cm. Bisa saja dia memakai gaun model A line atau duyung, tapi masih jauh. Jadi perlu diakali dengan sepatu 12 atau 13 cm. Kan mendekati. Jadi, saya perbaiki dulu bahasa tubuhnya. Untuk si grande ? Saya biasanya akali dengan trick memakai korset. Kalau dia tidak mau, saya pakai cara lewat bentuk pakaian. Tapi saya perlu kenal dulu calon pengantin itu untuk tahu kelebihan dan kekurangannya. Karena itu minimal perlu waktu 3 bulan untuk mempersiapkannya dari awal. Gaun pengantin paling berkesan yang pernah dibuat ? Gaun pengantin yang saya buat pertama kali. Seluruhnya warna salem ke oranye. Modelnya ballgown. Tamu yang melihat saat itu pada freak out. Waktu itu tidak ada yang kenal saya. Gaun itu lalu difoto untuk cover majalah dewi. Itu gaun pertama saya yang difoto majalah. Jadi sesuatu yang berkesan itu tergantung situasi yang terjadi saat itu. Tren apa yang akan populer untuk gaun pengantin 2004 ? Lagi cenderung bermain dengan warna. Putih dikombinasi warna krem, misalnya. Bahan juga tidak duchesse semuanya, tapi dikombinasi dengan lace atau tulle yang dipleats. Sangat variatif. Apa yang paling baru dari gaun pengantin Sebastian Gunawan ? Gaun tiga lapis. Dasarnya chiffon warna kulit. Lapis berikut brokat Chantilly putih. Luarnya gaun tulle full beading. Juga gaun empire look. Lurus di depan dan gelembung dari dada bagian belakang. Kalau diberi kesempatan merancang gaun pengantin dengan sebebas-bebasnya, mau membuat apa ? Gaun pengantin yang semuanya terbuat dari kelopak bunga. Itu sudah saya buat untuk show bersama koleksi Vera Wang di Hotel Mulia tanggal 30 Maret 2004 lalu. (MB) |